Selasa, 14 Agustus 2018

Dunia lele

DUNIA LELE

Keberhasilan di awal akan menentukan hasil akir, itulah dunia patiler. Sering dianggap ikan lele ikan yang bandel dan tahan banting. Diidentikan dengan lumpur ,suka ngendut kata orang jawa. Setelah mencoba ternak lele baru tahu rasa. Pendapat seperti itu ternyata bohong besar. Jangan tumbuh besar, mau hidup saja untung-untungan. Itulah kalau kita hanya sekedar berani dan menyepelekan ilmu patiler yang super njlimet.

Ikan lele..
Dalam bahasa keren disebut cutfish adalah binatang air yang disebut ikan dengan cirri-ciri berkumis tanpa sisik dan tubuhnya mengeluarkan lendir. Termasuk ikan karnifora yang konon kabarnya termasuk jenis ikan nocturnal atau aktif di malam hari.

Lendir di tubuh ikan lele adalah sebuah jaket perisai untuk melindungi diri dari serangan penyakit dari luar tubuhnya. Tubuh lele secara berkala akan mengelurakan lendir yang kemudian larut ke dalam air.
Sehingga jika ada kuman yang menempel di tubuhnya akan ikut larut lendir ke dalam air. Pertahanan alamiah yang luar biasa. Itu kalau di sungai. Lendir yang larut akan ikut hanyut aliran air dan hilang.
Sangat berbeda kalau ikan lele kita pelihara di kolam dalam jumlah banyak pula. Lendir yang larut ke air tak akan kemana-mana. Tetap parkir di kolam. Awalnya muncul bau amis kadang-kadang diikuti adanya busa di permukaan air. Busa yang muncul di permukaan bisa dijadikan indikator kalau air kolam mulai muncul masalah. Biasanya PH mulai turun di bawah angka 7. Padahal ikan lele habitat hidupnya direntang PH 7 – 8.  Lendir yang muncul ditambah kotoran dari ikan menambah komplek permasalahan yang terjadi. Lendir lele adalah protein, di dalam air akan sangat mudah membusuk , ditambah kotorannya sendiri yang juga tetap dikolam. Campur aduk yang akirnya membusuk menjadi amoniak. Akibat amoniak ph naik. Akibat ph naik ikan stress, mengeluarkan banyak lendir yang mengakibatkan ikan kehilangan banyak cairan (dehidrasi) lemas dan menggantung. Kondisi ini sebenarnya belum masalah. Kelanjutannya akibat lendir habis maka jaket pertahanannya tidak ada. Kuman penyakit yang menempel ditubuhnya akan bisa menembus kulit. Kejadian selanjutnya muncul berbagai macam penyakit. Ini baru masalah. Apapun alasannya mencegah lebih baik dari pada mengobati.
 1 sumber masalah di kolam kita “AMONIAK”.

Ikan lele adalah ikan yang aktif dimalam hari, maka karakter biologisnya adalah pemalu (suka bersembunyi).  Di awal tebar ketika air masih bening, sering kita jumpai ikan bergerombol membentuk koloni bahkan menyerupai bola yang ngumpul di pojok. Walaupun sepele sebenarnya ini adalah sebuah tanda. Ia merasa terancam sehingga saling bersembunyi dengan membentuk koloni.  Kondisi ini jika kita tidak memahami dan menganganggap hal yang biasa bisa berakibat fatal. Kenapa banyak orang menyarankan ketika tebar bibit supaya dipuasakan 24 jam. Inilah bahasan kita kali ini.

Lingkungan baru, kondisi baru, apalagi kondisi air masih transparan dan probiotik pengurai amoniak/kotoran belum berkembang,  perlu mendapat perhatian yang utama. Ketika bibit baru tebar di kondisi air yg belum siap, ia akan merasa tidak nyaman dan terancam. Maka ia akan bergerombol mencari perlindungan. Kondisi ini bisa dikatakan ikan dalam kondisi stress. Seperti halnya manusia ketika berada dalam tekanan stress pasti berkeringat dengan kata lain mengeluarkan cairan (dlm bentuk keringat). Begitu juga ikan lele ketika dalam kondisi stress ia akan mengeluarkan banyak lendir.  Lendir ikan lele adalah cairan yang tersusun dari protein-protein cair yang mudah larut dalam air. Semua protein sangat gampang membusuk. Jika kondisi seperti ini (ikan dlm kondisi stress), pemberian pakan tidak dikurangi, maka kotoran yang dihasilkan juga akan banyak. Lendir yg larut dalam air cukup banyak, ditambah kotoran ikan, kondisi air belum siap, probiotik pengurai amoniak/kotoran belum berkembang, komplit sudah faktor penghancur di kolam kita. Yang terjadi selanjutnya  amoniak menjadi semakin banyak, diawali bau amis, kemudian secara perlahan berubah menjadi bau busuk. Ikanpun mengalami perubahan perilaku. Diawali ada yang menggantung di pinggir satu dua ekor. Semakin lama semakin banyak. Tidak langsung mati. Hari berikutnya mulai muncul penyakit, kumisnya keriting, moncongnya putih. Jika kondisi ini berlanjut,, mulai  ada yang Nampak mati mengambang. Kondisi kolam semakin buruk. Bau amis semakin tajam akibat dari  bau bangkai. Ketika kolam kita kuras, di dasar kolam ternyata menumpuk bangkai ikan tumpang tindih. Melihat kondisi seperti itu pasti dah rasanya pengen mewek…
Kesimpulan yang bisa di ambil  “GAGAL ADAPTASI” .
Apa solusinya..?

Tidak ada lain persiapan air harus mantap. Kita menjaga air, maka air akan menjaga ikan kita.  Jangan biarkan ikan kita mengalami stress. Jikalaupun hal ini terjadi jangan biarkan sampai berlarut-larut, segera atasi.

Setelah kita tahu sifat ikan lele yang noktrurnal yg tentu saja sangat pemalu, maka jangan biarkan ia terlihat. Buat kondisi air yang tidak tembus pandang. Cara yang paling sehat dengan menghijaukan kolam. Tumbuhkan bakteri pengurai kotoran (amoniak) ketika persiapan air, supaya ketika bibit sudah di tebar dan lele mengeluarkan kotoran, kotoran ini tidak menjadi masalah di kolam.

Banyak sistim budidaya lele yang bisa kita pakai, banyak buku-buku cara budidaya lele yang beredar di pasaran. Walau yag nulis belum tentu pembudidaya lele sehingga juga belum tahu masalah yang sebenarnya (petani dunia maya).

Sistim bioflok,

 diklaim sistim yang paling menguntungkan karena bisa tebar padat sampai 1000/m2. Tetapi para pemula banyak mengeluh karena banyak gagal untuk tebar awal, tebar bibit aman untuk ukuran 9 ke atas, sedang ukuran 3-4, 4-6, banyak yang mengeluh kematian banyak. Memang harus jadi perhatian kita sistim ini menguras banyak oksigen karena padatnya probiotik sehingga harus menggunakan banyak aerator. Supaya oksigen terlarut memadai. Itu yang belum dipahami banyak orang. Sehingga muncul modifikasi dari sistim ini yaitu “GREEN BIOFLOK”, yang akan membantu menyelesaikan masalah diawal tebar.

Sistim organic,

Sistim ini menurut saya yang paling gampang. Kata orang jawa sambil merem ae iso (sambil menutup mata saja biasa). Tetapi kepadatan maksimal 500 ekor/m2. Tidak butuh probiotik, fcr bagus dan kolam tidak berbau dan jarang terjadi masalah. Cuma harus ada kompos dari kotoran sapi yang sudah jadi/ kotoran sapi yang sudah jadi tanah. Cukup dihampar di dasar kolam dg ketebalan tertentu (kurang lebih 5 cm). lebih tebal lebih bagus, kurangpun juga bisa. Isi air sejengkal tunggu seminggu naikkan menjadi 60 cm tunggu seminggu baru isi bibit. Sistim ini ada juga yg menyebut sistim lumpur aktif.
Solusi selanjutnya dengan pemberian pakan yang terkontrol.
Menjaga kualitas air
Perawatan harian /penanganan masalah yang terjadi (trouble soting).

TERNAK IKAN LELE SISTIM ORGANIK (LUMPUR ORGANIK)

Sistim ini cocok untuk peternak pemula. Karena dengan sistim ini sangat mudah perawatan  dan jarang terjadi masalah. Bahkan selama ini belum pernah menemukan kolam bermasalah.  Yang menjadi andalan sistim ini adalah kompos dari koteoran hewan. Dengan syarat kotoran hewan harus benar-benar sudah menjadi kompos. Kohe (kotoran hewan) yang biasa digunakan adalah kotoran sapi. Dipedesaan kotoran sapi ini biasanya tersedia melimpah. Biasanya kotoran sapi ini dibiarkan menggunung disekitar kandang. Kita tinggal ambil kotoran yang sudah jadi tanah untuk digunakan dikolam ketika persiapan air. Selain kotoran sapi, kotoran kambingpun atau ayam bisa digunakan, asalkan sudah benar-benar jadi kompos (seperti tanah dan tidak berbau kohe).  Jika yangtersedia kohe sapi belum jadi tanah maka langkah yang diambil adalah mengkomposkan dulu kotoran sapi itu. Kalau ada bekas media cacing bisa langsung digunakan tidak perlu difermentasi lebih dulu. Kelebihan lain sistim ini adalah dengan adanya lumpur organik maka juga akan tersedia pakan alami dari lele yang tumbuh dari lumpur organik. Semakin tebal lumpurnya maka cadangan makanan juga akan semakin banyak. Sehingga bis mengurangi kebutuhan pakan.

CARA MEMBUAT KOMPOS DARI KOTORAN SAPI.

BAHAN.

Kotoran sapi 2-3 karung
Tetes tebu 1/2 - 1 liter
Em4 pertanian
Ampas tahu kalau ada.

CARA MEMBUATNYA:
Kotoran sapi dihampar dilantai kering /tanah kering. Tetes tebu ½ -  1 liter ditambah air 10 liter ditambahkan EM4 sesuai kebutuhan disesuaikan dengan petunjuk penggunaan yag ada dalam kemasan. Penggunaannya diperbanyak juga semakin baik. Kalau ada ampas tahu juga bisa dicampurkan sekali. Tidak usah terlalu banyak 2-3 kg sudah cukup.
Selanjutnya tetes  yang sudah dicampur EM4 disiramkan ke Kotoran sapi dan diaduk rata.  Campuran selanjutnya ditutup dengan plastik.  ditempat yang terhindar dari sinar matahari langsung. Atau ditanam ditanah.
Proses pengkomposan akan terjadi dengan ditandai dengan meningkatnya suhu. Selama 14 hari biasanya kompos sudah jadi. Jika dipegang dingin tidak panas. Dan bau sudah seperti bau tanah. Jika kompos masih terasa panas berarti kompos belum jadi. Kompos diaduk/dibalik dan ditutup lagi. Ditunggu hingga kompos yang kita buat benar-benar matang. Jika kompos belum jadi dan dipaksakan digunakan dikolam bisa menimbulkan munculnya berbagai macam penyakit.

PERSIAPAN  KOLAM

PERALATAN YANG DIPERLUKAN.
1. KOLAM
2. AIR
3. KOMPOS MATANG KALAU PAKAI KASCING (BEKAS CACING) LANGSUNG PAKAI
KALAU KOMPOS DARI KANDANG LANGSUNG, AMBIL YG SUDAH DITUMBUHI CACING.

Kolam dibersihkan dan dikeringkan dengan dijemur di panas matahari 2 hari. Kemudian kompos dihampar di dasar kolam dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. lebih tebal lebih bagus, karena akan meningkatkan cadangan makanan alami untuk lele. Semakin banyak kompos maka pakan alami yang tumbuh akan semakin banyak. Kompos yang dihampar kurang dari ketebalan 5 cm pun tidak apa-apa. Kemudian diisi air sedalam 1 jengkal dibiarkan satu minggu. Tujuannya biar sinar matahari bisa menembus dasar kolam. Setelah satu minggu kompos sudah menjadi lumpur kemudian air ditambah hingga ketinggian 60 cm. setelah 1 minggu sejak penambahan air bibit lele sudah bisa dimasukkan dengan kepadatan 500/m2.

PENANGANAN LELE SETELAH TEBAR.

Ini adalah saat-saat yang sangat menentukan. Kesalahan penanganan di awal bisa berakibat fatal. Ikan lele ketika sudah besar sangat kuat sekali dibanding ikan lain, tetapi ketika kecil bisa dikatakan sangat rapuh. Walau punya ketahanan yang bagus, tetapi perubahan lingkungan yang mendadak akan membuat ikan stress dan akirnya sakit. Air hijau yang tak tembus pandang adalah salah satu cara supaya ikan lele merasa aman dan nyaman sehingga tidak gagal adaptasi. Mayoritas kegagalan di budidaya lele adalah ketika minggu –minggu pertama dan kedua. Salah satu penyebabnya adalah karena gagal adaptasi. Air belum siap. Masih bening. Sehingga lele kecil merasa tidak aman karena merasa bisa dilihat oleh predator. Selanjutnya stress, bergerombol dan mengeluarkan banyak lendir sampai dehidrasi shg lemas dan menggantung. Bisa dipastikan jika hal ini dibiarkan berlanjut hari berikutnya aeromonas, moncong putih atau penyakit sejenisnya akan muncul dan disusul kematian masal. Selain untuk adaptasi awal tebar, alga yang tumbuh akan menetralisir racun dan kondisi air dari asam atupun basa.

Untuk menghindari terjadinya perubahan yang mendadak maka ketika habis tebar seharusnya diberi makan baru kesesokan harinya. Itupun hanya 1 x  dalam sehari selama 3 hari. Hari pertama pemberian pakan jangan terlalu banyak. Tujuannya supaya kotoran yang dihasilkan tidak terlalu banyak yang bisa mengakibatkan perubahan kondisi kolam yang mendadak. Jika terjadi perubahan kondisi kolam akibat kotoran yang tiba-tiba banyak, ikan bisa stress. Ketika stress akan mengeluarkan banyak lendIr yg mengakibatkan kolam berbusa, selanjutnya ikan menggantung. Jika terlanjur terjadi hal yang demikian maka harus segera diatasi. Buang air ¼ dan tambah air baru. Jangan sampai terlambat.  Baru setelah 3 hari frekwensi pemberian pakan dinaikkan menjadi 2 kali. Baru 3 hari selanjutnya bisa ditingkatkan menjadi 3 kali. Jika 2 minggu bisa dilampaui dengan selamat bisa dikatakan waktu kritis bisa terlampaui dengan sempurna. Dengan penanganan awar tebal dan persiapan air yang memadai, kematian setelah tebar bisa ditekan hingga maksimal 1%.
Proses selanjutnya tinggal menjaga kualitas air, jika air kondisinya diperkirakan sudah sangat kotor maka perlu dikurangi dan ditambah air baru supaya air tetap bagus kualitasnya.
Pengalaman selama ini ketika kelihatan ada lele yg sakit, maka ketika air disegarkan lagi sehingga kualitas meningkat, pemakaian obat tidak diperlukan.  Dan dengan sistim ini yang saya alami kondisi hujan lebatpun setelahnya tak terjadi perubahan apapun di kolam. Tidak pernah ada ikan gantung karena hujan. Dan kenyataan yang ada di lapangan ketika ikan dikasih makan apapun, termasuk sisa nasi, sayur, tahu atau tempe goring sisa tak pernah terjadi masalah hingga panen. Bahkan air kolam sama sekali tidak pernah diganti hingga berwarna hitam.

Kelebihan sistim lumpur organik.
1. kolam tak berbau karena dari kompos yg kita pakai sudah penuh dengan probiotik yg komplit dari tanah. Termasuk pengurai amoniak (NITROBAKTER)
2. walaupun tidak keruh air kental shg bagus untuk lele (lendir tidak gampang larut ke air)
3. cocok untuk budidaya ikan apapun termasuk nila dan gurami
4. kebutuhan pakan sangat minim karena akibat kompos tumbuh pakan alami (untuk lele cukup dikasih makan sehari sekali, sore)
5. Kang paling mudah diaplikasikan dan hampir bisa dipastikan tanpa ada kendala.

SELAMAT BERUJI COBA..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar